
Korsa.id, Sangatta – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kudungga serius berbenah diri, guna mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pihaknya melakukan berbagai metode untuk menilai kinerja mereka di internal rumah sakit.
Salah satunya mengukur Indeks Persepsi Korupsi (IPK), yang melibatkan masyarakat sebagai penilai kinerja SDM di rumah sakit.
Direktur RSUD Kudungga dr. Muhammad Yusuf, M.Kes melalui Kepala Seksi (Kasi) Mutu Sabran mengatakan, Pengukuran Indek Persepsi Korupsi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat terhadap rumah sakit.
“Apakah menurut masyarakat di rumah sakit ini ada praktik korupsi atau tidak. Apakah masyarakat perlu memberikan imbalan ke petugas agar dilayani atau tidak, ya semacam itu contohnya,” jelas H. Sabran.
Baca Juga : Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan RSUD Kudungga Capai 83,14%
Survey yang dilakukan setiap tahun sejak 2022 ini, untuk di tahun ini survey nya dilakukan di setiap untit kerja. Dengan 10 kriteria indikator penilaian, mulai dari manipulasi peraturan, penyalahgunaan jabatan, menjual pengaruh, transparansi, biaya transaksi rahasia, biaya tambahan, hadiah, transparansi pembayaran, percaloan dan terakhir adalah, perbuatan curang.
“Dari semua indikator, unsur penilaiannya di IPK dari angka 1 hingga 5, IPK 1 diartika tidak bersih dari korupsi, lalu nilai 2 kurang bersih dari korupsi, nilai 3 itu cukup bersih, lalu poin 4 dinilai bersih dari korupsi, dan terakhir IPK 5 adalah sangat bersih,” sebutnya.
Baca Juga : Dokter Spesialis Gizi Klinik RSUD Kudungga Bagikan Tips Kelola Obesitas
Dari hasil ini nanti diketahui unit pelayanan mana yang perlu ditingkatkan. Contoh pada penilaian percaloan. Persepsi orang kalau mau masuk rumah sakit itu harus ada orang dalam agar bisa lebih dilayani. Masyarakat beranggapan, akan susah masuk rumah sakit kalau tidak ada orang dalam, padahal tidak seperti itu. Hal tersebut yang diukur lewat indeks persepsi.
“Termasuk ada indeks manipulasi peraturan, transparansi biaya. Jadi, biaya itu tidak ada yang pembayaran ke personal, semuanya lewat sistem. Tidak ada juga transaksi rahasia,” bebernya.
Dirinya mengharapkan survei ini sebagai salah satu cara mengetahui tingkat kekurangan. Melihat gap-gap yang ada, sehingga pihak rumah sakit dapat melakukan perbaikan di lini yang masih ada kekurangan. Contoh di parameter mekanisme dan prosedur yang artinya kalau pasien berobat itu susah tidak prosedurnya. Hal itu akan ditanyakan ke para pasien.
Baca Juga : Kenali Penyakit Gondongan dan Pencegahannya
“Untuk penilaian IPK terakhir, RSUD Kudungga mendapatkan nilai rata-rata 4, yang berarti bersih dari korupsi. Untuk tim survey IPK menggunakan pihak ke tiga agar lebih independen,” tutupnya (*/As-Adv)