Diskominfo KutimKesehatanKutai Timur

Minimalkan Risiko, Bedah Saraf di RSUD Kudungga Gunakan Teknik Neuroendoskopi

Korsa.id, Sangatta – Bedah saraf merupakan bidang spesialisasi kedokteran yang berperan untuk mendiagnosis dan memberikan tatalaksana pembedahan khususnya dalam gangguan sistem saraf baik itu sentral seperti otak dan sumsum tulang belakang ataupun perifer.

Pembedahan dalam kasus saraf dikenal dengan tingginya risiko serta komplikasi yang terjadi pasca operasi. Hal ini disampaikan oleh dr. Mirza, Sp. BS, ahli bedah saraf yang aktif berpraktik di RSUD Kudungga, “Banyak pasien yang takut serta khawatir untuk menjalani operasi karena dapat menimbulkan risiko seperti perdarahan, kerusakan pembuluh darah dan saraf, kelumpuhan bahkan kematian,” jelasnya.

Namun risiko tersebut dapat diminimalisir dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran, salah satunya pembedahan minimal invasive dengan menggunakan teknik neuroendoskopi.

Neuroendoskopi telah muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai salah satu teknik yang digunakan dalam bedah saraf. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang memiliki kamera serta sumber cahaya pada ujungnya disebut dengan endoskopi.

Endoskopi nantinya akan dimasukkan melalui sayatan kecil di tengkorak atau titik masuk lainnya, sehingga ahli bedah saraf dapat memvisualisasikan dan mengakses otak serta strukturnya secara detail dan lebih rinci karena alat dapat masuk mendekati area yang dituju. Alat ini terhubung dengan monitor yang dapat memperlihatkan objek yang dapat diperbesar hingga 100x lipat.

Terdapat beberapa kasus bedah saraf yang umum menggunakan endoskopi, diantaranya adalah tumor otak serta perdarahan pada otak baik itu akibat cedera ataupun stroke yaitu pecahnya pembuluh darah pada jaringan otak.

Menurut dr. Mirza, Sp. BS, perdarahan serta tumor merupakan 2 kasus bedah saraf yang paling banyak terjadi di RSUD Kudungga. Dari total 179 kasus hingga Desember 2024, 70 diantaranya merupakan kasus perdarahan otak, 66 kasus trauma, 4 kasus infeksi, 14 kasus spine serta 25 kasus tumor.

Beliau menambahkan, penggunaan teknik neuroendoskopi sudah biasa ia lakukan guna mendapatkan dinilai memiliki beberapa kelebihan.

“Penggunaan endoskopi pada kasus bedah saraf biasanya dipilih untuk meminimalisir komplikasi yang terjadi pasca operasi. Pemulihan pasien juga menjadi lebih cepat dibandingkan dengan teknik konvensional akibat irisan yang dibuat lebih kecil dan umumnya lebih sedikit menimbulkan rasa nyeri,” jelasnya.

Tidak hanya pada kasus tumor ataupun perdarahan pada otak, penyakit lainnya seperti patah tulang belakang ataupun saraf kejepit juga dapat ditangani dengan menggunakan teknik neuroendoskopi. Namun, patut diketahui juga bahwa tidak semua kasus bedah saraf akan ditangani dengan pembedahan. Semuanya bergantung pada penilaian klinis dan kondisi pasien.

Kedepannya, penggunaan neuroendoskopi sebagai teknologi dalam pembedahan di RSUD Kudungga diharapkan dapat terus berjalan dan semakin berkembang sehingga pasien bisa mendapatkan pelayanan yang terbaik serta berkualitas.(Gn/Yl/Dr/Adv)

Baca Juga

Back to top button