KesehatanMitra

Dokter Spesialis Gizi Klinik RSUD Kudungga Bagikan Tips Kelola Obesitas

Korsa.idRumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kudungga memiliki berbagai layanan unggulan, salah satunya yakni Klinik Gizi yang ditangani langsung oleh dokter spesialis gizi klinik dr. Murni, Sp.GK, AIFO-K

Selama bertugas di RSUD Kudungga, dr. Murni, Sp.GK, AIFO-K menyebut jika diagnosis yang paling banyak didapatkan di Klinik Gizi RSUD Kudungga adalah obesitas.

Baca Juga : Cegah Berbagai Penyakit Dengan Konsultasi Pola Makan di Klinik Gizi dan Obesitas RSUD Kudungga

Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Beberapa mekanisme fisiologis berperan penting dalam tubuh individu untuk menjaga keseimbangan antara asupan energi dengan keseluruhan energi yang digunakan dan untuk menjaga berat badan stabil. Obesitas tidak hanya ditemukan pada orang dewasa, tapi juga pada remaja dan anak-anak.

Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas pada penduduk berusia > 18 tahun dari 11,7% (2010) menjadi 15,4% (2013) dan 21.8% (2018). Obesitas disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan, obat-obatan dan hormonal.

Penentuan obesitas ditegakkan berdasarkan anamnesis (wawancara), pemeriksaan antropometri, dan deteksi dini komorbiditas yang dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang terkait. Anamnesis (wawancara) terkait obesitas untuk mencari tanda atau gejala yang dapat membantu menentukan apakah seseorang mengalami atau berisiko obesitas:

  1. Adanya keluhan seperti mendengkur (snoring) dan nyeri pinggul
  2. Gaya hidup yaitu pola/kebiasaan makan dan aktivitas fisik (baik di rumah, sekolah, kantor, transportasi ke tempat kerja, waktu luang)
  3. Riwayat keluarga yaitu orang tua dengan kelebihan berat badan dan obesitas.
  4. Riwayat mengonsumsi obat-obatan misalnya terapi hormonal tertentu, steroid, dll.
  5. Riwayat sosial/psikologis misalnya stres.
  6. Riwayat berat badan sebelumnya.

 

Pengukuran IMT ini tidak dapat dilakukan pada orang hamil, binaragawan, edema, dan ascites. Obesitas juga dapat diketahui dengan mengukur lingkar perut.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan, seseorang dikategorikan obesitas jika memiliki lingkar perut :
– Laki-laki > 90 cm
– Perempuan > 80 cm

Baca Juga : RSUD RAPB Fokus Tingkatkan Kualitas Layanan Rawat Jalan Dan Konseling Kesehatan Mental

Pemeriksaan penunjang yang lebih akurat yang sering digunakan untuk penentuan obesitas adalah analisis komposisi tubuh, yang memerlukan alat khusus yaitu body composititon analyzer, yang dapat menilai komposisi tubuh.

Untuk melihat komorbiditas penyakit yang disebabkan oleh obesitas dibutuhkan pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan glukosa darah puasa, kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, SGOT, SGPT, asam urat, dan HbA1c.

Etiologi Obesitas

  • Faktor genetic
    Bila salah satu orang tuanya menderita obesitas, maka peluang itu meningkat menjadi 40–50%. Dan bila kedua orang tuanya menderita obesitas maka peluang faktor keturunan menjadi 70–80% (Purwati, 2001). Berdasarkan penelitian Nugraha 2010, pencetus obesitas dari faktor genetik 30%, namun demikian faktor keturunan sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab obesitas.
  • Faktor lingkungan
    Pola makan mencakup jumlah, jenis, jadwal makan, dan pengolahan bahan makanan. Jumlah asupan energi yang berlebih secara kronis akan menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas. Pola aktivitas fisik sedentary (kurang gerak) menyebabkan energi yang dikeluarkan tidak maksimal sehingga meningkatkan risiko obesitas.
  • Faktor Obat-obatan dan Hormonal
    Obat-obatan jenis steroid yang sering digunakan dalam jangka waktu yang lama untuk terapi asma, osteoartritis dan alergi dapat menyebabkan nafsu makan yang meningkat sehingga meningkatkan risiko obesitas. Obat-obatan yang mengandung hormon untuk meningkatkan kesuburan dan sebagai alat kontrasepsi berisiko menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan obesitas.

Baca Juga : Pelayanan RSUD Kudungga Makin Prima dengan Hadirnya 4 Alat dari Kemenkes RI

Pengelolaan Obesitas
Prinsip pengelolaan obesitas adalah mengatur keseimbangan energi. Energi yang masuk harus lebih rendah dibandingkan dengan yang dibutuhkan. Pengaturan keseimbangan energi ini harus dilakukan sepanjang kehidupan sebagai gaya hidup bukan hanya sebagai program.

    • Pola Makan
      Untuk pengelolaan obesitas diutamakan konsumsi karbohidrat kompleks, sayur dan buah harus lebih banyak. Gula rafinasi (gula pasir, gula batu, dan gula jawa), dan madu dibatasi. Minyak goreng jenuh dan atau rantai panjang seperti minyak kelapa sawit sebaiknya juga dibatasi.

Jadwal makan harus dilakukan secara teratur yaitu terdiri dari makanan utama dan makanan selingan. Pola makan mencakup jumlah, jenis, jadwal makan, dan pengolahan bahan makanan mengacu pada piramida gizi seimbang.

Bila menggunakan piring makan model T maka jumlah sayur 2 kali lipat jumlah bahan makanan sumber karbohidrat (nasi, mie, roti, pasta, singkong, dll) dan jumlah bahan makanan sumber protein setara dengan jumlah bahan makanan sumber karbohidrat.

Sayur dan atau buah minimal harus sama dengan jumlah karbohidat ditambah protein. Teknik pengolahan yang dianjurkan adalah dengan cara dikukus, rebus, dan tumis dengan menggunakan minyak sedikit serta tanpa penambahan gula yang berlebihan.

    • Aktivitas Fisik
      Pengelolaan obesitas dilakukan melalui peningkatan aktivitas fisik yang gerakannya kontinyu dengan gerakan intensitas rendah sampai sedang sehingga terjadi peningkatan pengeluaran energi dan peningkatan massa otot. Pola hidup aktif tidak hanya mencakup peningkatkan aktivitas fisik tapi juga melakukan latihan fisik.

Latihan fisik harus dilakukan secara Baik, Benar, Terukur dan Teratur (BBTT). Baik jika dilakukan sejak usia dini, sesuai dengan kondisi fisik medis dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan. Benar jika dilakukan secara bertahap yaitu dimulai dengan pemanasan, dilanjutkan dengan latihan inti dan diakhiri dengan pendinginan.

Terukur jika dilakukan memperhatikan denyut nadi selama latihan dan berada dalam zona latihan (65-70 % denyut nadi maksimal = 220-umur). Teratur jika dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali seminggu dengan durasi minimal 150 menit/minggu dengan selang waktu satu hari istriahat. Untuk penambahan massa otot diperlukan latihan beban ringan (Dynamic Strengh Training).

    • Pola Tidur /Istirahat.
      Kurang tidur dapat menyebabkan hormon leptin terganggu sehingga rasa lapar tidak terkontrol. Jika kuantitas (6-8 jam) dan kualitas tidur seseorang tidak sesuai maka akan mempengaruhi kesimbangan berbagai hormon yang pada akhirnya memicu kejadian obesitas. Gangguan tidur dapat menyebabkan penurunan penggunaan energi melalui: berkurangnya aktivitas fisik dan penurunan suhu tubuh.

Farmakoterapi diberikan pada pasien dengan IMT ≥30 kg/m2 atau IMT ≥27 kg/m2 yang disertai komorbid.

Baca Juga : RSUD Kudungga Tingkatkan Kompetensi serta Profesionalisme Tenaga Medis, Bidang Perawatan Luka dan Resusitasi Neonatus

Pencegahan obesitas
Dilakukan dengan mengimplementasikan pola gizi seimbang, yang meliputi 4 pilar yakni mengonsumsi anekaragam pangan, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, melakukan aktivitas fisik dan memantau berat badan secara teratur.

Hal ini dapat diterapkan dengan :

  1. Konsumsi aneka ragam pangan, cukup sayuran hijau dan buah berwarna
  2. Tidak merokok dan minum minuman beralkohol
  3. Tingkatkan konsumsi karbohidrat kompleks dan batasi konsumsi karbohidrat sederhana (gula)
  4. Batasi konsumsi gorengan dan lemak trans (margarin)
  5. Jadwal makan teratur, porsi sedikit tapi lebih sering dengan pola makan pagi, selingan, makan siang, selingan dan makan malam.
  6. Biasakan makan dengan model piring makan T yaitu setengah piring makan berisi sayuran, setengah pring nasi dibagi lagi menjadi dua bagian, seperempat bagian berisi nasi dan seperempat bagian berisi lauk .
  7. Hindari konsumsi minuman ringan dan bersoda
  8. Batasi konsumsi jus buah
  9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara baik, benar, teratur, terukur (BBTT)
  10. Aktif bergabung dengan komunitas peduli obesitas dan saling menguatkan satu dengan yang lain.
  11. Berpikir positif, dan mengenali emosi makan.
  12. Buat target terukur untuk aktivitas fisik
  13. Timbang berat badan dan ukur lingkar pinggang secara teratur.

Referensi:

  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2015. Pedoman Umum Pengendalian Obesitas
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA, 2014. Pedoman Gizi Seimbang.
  • Purnamasari et al. 2011.  Identification, Evaluation and Treatment of Overweight and Obesity in Adults: Clinical
  • Practice Guidelines of the Obesity Clinic, Wellness Cluster Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia.

 

dr. Murni, Sp.GK, AIFO-K
Dokter Spesialis Gizi Klinik RSUD Kudungga

Baca Juga

Back to top button