
Korsa.id, Sangatta – Rumah Sakait Umum Daerah (RSUD) Kudungga menerapkan budaya Kaizen bagi seluruh SDM di rumah sakit, baik di tingkat menejeman hingga tenaga medis dan non medis.
Direktur RSUD Kudungga dr. Muhammad Yusuf, M.Kes menyebut, budaya Kaizen merupakan praktik perbaikan berkelanjutan yang melibatkan seluruh staf untuk meningkatkan kinerja rumah sakit.
Keizen merupakan etos kerja bangsa Jepang yang berorientasi pada perbaikan dan kemajuan secara terus menerus dalam kehidupan, baik individu, keluarga, masyarakat maupun pekerjaan. Kaizen berasal dari bahasa Jepang yaitu Kai yang artinya perubahan dan Zen yang berarti baik. Kaizen menekankan pada perubahan kearah perbaikan yang terus menerus atau yang lebih dikenal dengan continuous improvement
Dimana budaya Kaizen terdapat 5 unsur R didalamnya, yakni seiri (ringkas), seiton (rapi), seiso (resik), seiketsu (rawat), dan shitsuke (rajin).
Baca Juga : Dinkes Kukar Pastikan RSUD Dan Puskesmas Tetap Buka Saat Libur Lebaran
“5R ini salah satu tools dari lead manajeman, yang menitikberatkan pengelolaan atau pengorganisasian tempat kerja. Jadi bagaimana lingkungan kerja itu rapi, misalnya barang-barang yang jarang dipakai letaknya bisa agak jauh, barang sering dipakai yang paling dekat, alat penyelamatan nyawa mudah diakses,” sebut dr. Yusuf.
Dengan penerapan 5R yang baik, maka tenaga medis tidak akan lagi kebingungan mencari alat untuk melayani pasien dalam keadaan darurat. Karena tenaga medis telah terbiasa memelihara peralatan, serta meletakan peralatan sesuai dengan tempatnya.
Maupun menggunakan lebel warna tertentu yang memudahkan tenaga medis untuk mengambil dan mengembalikan peralatan medis di setiap unit kerja. Begitu juga dengan kursi roda misalnya, agar terlihat rapih dan tidak berhambur maka dibuatkan semacam kotak untuk parkiran kursi roda.
“Nah itu contoh penerapan 5R, jadi mengelola atau mengatur lingkungan kerja supaya rapih, bersih dan alatnya siap dipakai oleh semua. Sebenarnya itu kunci pertama kali di lean manajeman, harus kuat dulu di 5R, baru bisa ber Kaizen dan lain-lain,” tambah dr. M. Yusuf saat ditemui di ruang kerjanya.
Baca Juga : Dokter Spesialis Gizi Klinik RSUD Kudungga Bagikan Tips Kelola Obesitas
Melihat pentingnya 5R, Direktur RSUD Kudungga dalam setiap pertemuan selalu mengingatkan keseluruh unit di rumah sakit untuk mempebaiki 5R.
“Saya selalu mengingatkan jangan memandang ini sekadar menggugurkan kewajiban, jadi tidak melihat sebenarnya apa manfaat yang didapat jika plan kita bermutu. Sebenarnya jika kita bermutu, misalnya akreditasi kita bagus, tata Kelola rumah sakit jadi lebih bagus akan meningkatkan keunggulan kompetitif,” ujarnya.
Dokter Yusuf menyebut jika budaya Kaizen bukan hanya tugas seorang direktur maupun komite mutu atau tim Kaizen semata, namun menjadi tanggung jawab semua untuk mensukseskan adanya program perbaikan ini.
“Ini kan sifatnya itu dia berupa siklus, jadi ndak bisa dibilang selesai ini. Misalnya ada masalah, ada ide untuk menyelesaikannya, masalah selesai harus ada ide baru untuk masalah lain. Jadi akan terus berputar, dimana bukan tujuan tapi sebuah proses yang harus dipahami oleh seluruh pegawai,” tambanya.
Baca Juga : RSUD Kudungga Miliki Dokter Spesialis Bedah Saraf, Masyarakat Tidak Perlu Lagi Berobat ke Luar Daerah
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, 5R pada budaya Kaizen yakni :
- Seiri (Ringkas), yaitu memilah antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. Membuang yang tidak diperlukan dan mencari penyebab-penyebabnya serta menghilangkan penyebabnya sehingga tidak menimbulkan masalah.
- Seiton (Rapi), yaitu merapikan segala sesuatu pada tempat yang tepat dan tertata serta ergonomis, sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendesak. Hal ini juga akan menghemat waktu dalam proses pencarian..
- Seiso (Resik) yaitu memelihara kebersihan, termasuk pembersihan dan perawatan peralatan dan fasilitas, yang akan berdampak baik untuk kesehatan pribadi, keluarga, masyarakat, termasuk juga karyawan.
- Seiketsu (Rawat), yaitu merawat tiga langkah yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pada langkah ini, harus dipastikan bahwa tiga langkah sebelumnya sudah berjalan secara konsisten dengan menetapkan standar-standar. Misalnya dengan membuat prosedur kegiatan yang dilakukan, siapa yang bertanggung jawab dan seberapa sering kegiatan tersebut, sehingga berbagai masalah dapat dicegah sedini mungkin.
- Shitsuke (Rajin). Shitsuke adalah metode yang digunakan untuk memotivasi pribadi, keluarga, masyarakat agar terus menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas perbaikan serta membuat pekerja terbiasa menaati aturan (rajin). (An/As-Adv)