
Korsa.id, Sangatta – Hipertiroid adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan baik dari segi sintesis (produksi) maupun sekresi ( pengeluaran ) hormon tiroid . Bila produksi hormon tiroid berlebih dan menyebabkan berbagai gejala klinis disebut dengan tirotoksikosis.
Menurut, dr. juslan,SpPD, Kelenjar tiroid yang terlalu aktif dapat menyebabkan hipermetabolisme ,sehingga menimbulkan berbagai gejala khas.
Adapun penyebab Hipertioroid ini terdiri dari berbagai etiologi (sebab) : penyebab paling tersering adalah autoimun yg disebut dengan grave disease,sedangkan penyebab lain seperti toxic adenoma,toxic multinoduler goiter,efek samping obat,trofobalstik gestasional dan tiroiditis.
Secara epedemiologi prevalensinya sekitar 1,3 %,meningkat 4-5 % pada wanita dan usia lanjut ,dengan ratio wanita dan pria,5:1. dr. Juslan menjelaskan beberapa gejala umum yang sering dialami penderita hipertiroid.
Baca Juga : Kenali Penyakit Gondongan dan Pencegahannya
“Jantung berdebar, tangan gemetaran tanpa sebab yg jelas ,berat badan turun drastis walaupun nafsu makan meningkat, mudah merasa gerah, gelisah ,mood swing,mudah marah,sering buang air besar, dan siklus haid yang tidak teratur,sedangkan tanda yang dapat dilihat seperti mata menonjol (exoftalmus),Pembesaran kelenjar tiroid pada leher (struma) ujarnya, Senin (25/11/2024).
Menurutnya,untuk menegakkan diagnosis hipertiroid ini,selain gejala dan tanda diatas,dibutuhkan pemeriksaan tambahan yakni pemeriksaan hormon tiroid seperti TSH,Ft4 dan Ft3,dan semua modalitas pemeriksaan tersebut alhamdulillah sudah bisa diperiksakan dirsud kudungga.
Adapun pengobatan hipertiroid ini,mengacu pada guidline american thyroid association tahun 2016 dan guidline eropa thyroid association tahun 2018,terdiri dari ,Obat anti tiroid,Radioactive Iodine,dan operasi tirodektomi.
Dimana obat antitiroid ini terdiri dari PTU (Proprilthiouracil),CBZ (Carbimazole),MMI (Methimazole) ,dimana obat tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,biasanya pemberian obat ini diberikan selama 12-18 bulan,kemudian dinilai kembali secara klinis dan laboratorium.
Sedangkan obat untuk gejala pendukung misalnya B Blocker biasanya diberikan untuk mengontro rate jantung dan mencegah perubahan Ft4 ke T3.obat ini biasanya diberikan pada pemderita hipertiroid dengan tirotoksikosis simtomatik,usia lanjut ,nadi pada saat istriahat lebih 90x/menit. Sehingga ketika diberikan dapat membantu mengatasi jantung berdebar-debar jelasnya.
Meski dapat ditangani, hipertiroid yang tidak mendapatkan perawatan medis berisiko menyebabkan komplikasi serius, seperti pengeroposan tulang (osteoporosis), aritmia (detak jantung tidak normal), gagal jantung, hingga krisis tiroid yang dapat mengancam jiwa.
“Jika terdapat gejala maka masyarakat segera berkonsultasi jika mengalami gejala hipertiroid ke spesialis penyakit dalam,” pungkasnya. (*/Dr-As)