Perempuan Bengalon Berjuang Melawan Kanker, Perlukan Bantuan Kita untuk Sembuh

Korsa.id, Sangatta – Lisda 43 tahun, Warga Desa Sepaso Timur, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, saat ini tengah berjuang melawan kanker yang menyerang tubuhnya sejak tahun 2022.
Saat ditemui awak media ini pada Rabu (23/04/2025) sore di rumah salah seorang relawan di Sangatta, kondisinya tengah kesakitan hingga pingsan-pingsan lantaran telah mengalami pembengkakan di bahu hingga ke tangan sebelah kanan.
Menurut Rudy M. Simanjuntak sang suami, pihaknya mengetahui pertama kali itu sekitar tahun 2022. Saat itu ada semacam benjolan di payudara sebelah kanan namun tidak sakit, lantaran awam hanya dikira batu angin, urat atau kecapean saja.
“Setelah cerita ke teman-temannya, dipaksalah untuk berobat ke Puskesmas Bengalon. Disana dokternya kaget dan segera merujuk ke rumah sakit di Sangatta. Disini langsung dilakukan pemeriksaan dan di cek segala macamnya, hingga akhirnya di rujuk AWS Samarinda,” jelasnya.
Baca Juga : Layanan TBC di RSUD Kudungga Semakin Lengkap dengan Teknologi TCM
Di RSUD Abdul Wahab Sjahrani Samarinda, Lisda mejalani perawatan selama kurang lebih 6 bulan. Mulai dari obat-obatan, dikarantina, operasi hingga menunggu kemoterapi.
“Setelah boleh pulang disarankan sama dokter Zainal waktu itu untuk 3 hari sekali kontrol. Nah masa kita dari Bengalon-Samarinda PP terus kan, mana tabungan sisa pesangon kerja di tambang mulai menipis, belum lagi ada obat-obatan yang tidak ditanggung BPJS” tambahnya.
Meski dalam keterbatasan keuangan, Rudy tetap membawa istrinya kembali ke RSUD AWS 6 bulan kemudian untuk menjalani 6 kali kemoterapi. Sembari menunggu luka kering pasca kemo ke-3. Lisda yang hanya didampingi oleh suami memutuskan untuk pulang lantaran sang ibu jatuh sakit kena stroke dan komplikasi jantung.
Disaat tengah sakit itu pun, Lisda tetap merawat ibunya selama kurang lebih satu bulan di rumah sakit, hingga akhirnya diperbolehkan pulang.
Baca Juga : Dokter Spesialis Gizi Klinik RSUD Kudungga Bagikan Tips Kelola Obesitas
“Selama merawat ibu di rumah sampai terlewatkan jadwal kemonya. Di rumah pun, Lisda menunjukan jika dia baik-baik aja, supaya tidak membuat ibu khawatir. Disaat itu juga memang kondisinya ngak ngerasa apa-apa, aman lah. Makanya dia juga bisa kerja membuka salon rambut,” ujarnya saat mendampingi sang istri seorang diri.
Seiring waktu, pada Oktober 2024 muncul lagi benjolan di Pundak sebelah kanan yang semakin membesar. Berdasarkan saran dari keluarga untuk berobat kampung, dibawalah ke Palu, Sulawesi Tengah.
Sepulang mejalani pengobatan tradisional bengkaknya pun turun, namun satu minggu kemudian muncul bisul dengan 3 mata di benjolan pertama. Setiap matanya pecah benjolan akan semakin melebar dan memanjang.
“Ya namanya kita bersyariat, berusaha, berikhtiar, kita bawa betawar ke sana-sini sampai belasan tapi belum ada yang cocok. Mau ke medis belum ada uang, karena kita punya gambaran pengobatan yang pertama, apalagi sekarang saya sudah ndak kerja,” ucapnya.
Baca Juga : RSUD Kudungga Miliki Dokter Spesialis Bedah Saraf, Masyarakat Tidak Perlu Lagi Berobat ke Luar Daerah
Puncaknya pada awal Maret 2025 ini, Lisda sudah tidak dapat beraktivitas normal hingga kini. Dimana yang sebelumnya tangannya bengkak berisi cairan kini telah mengeras seperti papan.
“Saya sebenarnya malu, malu bukan karena gengsi, tapi malu membebani teman-teman, makanya saya biarkan. Hingga akhirnya satu per satu teman mengetahui dan seolah-olah menyalahkan saya mengapa diam saja dan tidak dibawa ke Puskesmas,” tirunya.
“Saya sampaikan kalau masalah pasien InsyaAllah aman aja karena BPJS, nah bagaimana dengan menebus obat yang tidak ditanggung BPJS, bagaimana untuk mobilitas di Sangatta, Samarinda, belum lagi untuk makan yang nungguin, apa saya harus membawa kalung ke lampu merah?,” sambungya.
Setelah diberikan penjelasan, sahabat hingga organisasi-organisasi kemasyarakatan membuat gebrakan membuka donasi. Dari hasil sumbangan masyarakat itu Rudy kembali memberanikan diri melakukan pengobatan medis.
Baca Juga : Perjalanan dr. Hasan Menjadi Dokter Forensik Pertama di Kutai Timur
“Ini kan tadi sudah dari RS Meloy, karena dokternya tidak ada disuruh datang nanti malam waktu poli buka. Insya Allah mungkin Senin kita ke AWS, secepatnya Jumat, karena kita mau kondisikan fisik dulu setelah perjalanan pelan-pelan 4,5 jam dari Bengalon,” tutupnya
Bagi masyarakat yang ingin berdonasi, membantu pengobatan Lisda dapat langsung menghubungi Rudy M. Simanjuntak di https://wa.me/6282149489060 (An/As)