Diskominfo KutimKesehatanKutai Timur

Tidak Hanya Kurang Gizi, Faktor Ekonomi Juga Pengaruhi Sunting di Sangatta

Korsa.id, Sangatta – Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan tinggi badan lebih pendek dari rata-rata anak seusianya. Biasanya stunting disebabkan oleh kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, baik pada ibu selama kehamilan maupun pada anak saat masa pertumbuhan.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan stunting, seperti Asupan gizi dan nutrisi yang kurang mencukupi, Pola asuh yang salah, Sanitasi lingkungan yang buruk, Keterbatasan akses fasilitas kesehatan.

Spesialis Anak, RSUD Kudungga Sangatta, dr. Cristine mengatakan yang mempengaruhi terjadinya stunting tidak semata-mata hanya karena kurang makan tapi ada banyak sekali faktor lain yang ikut berperan.

“Kalau kita melihat secara umum dan detail, di Sangatta permasalahanya adalah angka kelahirannya juga cukup tinggi, dan jarak kelahirannya juga dekat,” ujarnya.

Menurutnya, dengan tingginya angka kelahiran dengan jarak yang dekat akan menyulitkan orang tua untuk memberikan gizi dan memantau perkembangan anak sejak dalam kandungan hingga lahir. Ditambah di Sangatta rata-rata memiliki penghasilan yang terbilang rendah namun harga bahan pokok cukup tinggi.

“Misalnya 1 keluarga, dengan pendapatan UMK di wilayah Sangatta atau sekitarnya, tentu akan agak sulit untuk menghidupi, memperhatikan, merawat dan menyediakan kebutuhan anak sejumlah itu, pasti ujung-ujungnya akan kembali lagi menjadi stunting,” paparnya.

Lebih lanjut, dr. Cristine mengatakan stunting merupakan kekurangan gizi yang bersifat kronik, atau sudah berlangsung lama dengan dimulai dari berat badan yang tidak sesuai target, penambahan berat badan tidak sesuai target dan berlanjut terus hingga akhirnya tinggi badan anak  tidak sesuai dengan usianya.

“Kalau bicara mengenai data angka stunting di Indonesia cukup tinggi ya, berdasarkan data dari Asian Development bank tahun 2022 prevalensi stunting pada anak di bawah 5 tahun di Indonesia itu 31,8% ini untuk terakhir datanya sudah turun sih sekitar 21%, tapi masih tetep tinggi,” jelasnya.

“Kalu kita melihat data Asian Human capital Index atau Indeks Sumber Daya Manusia, Indonesia itu jauh sekali jadi ada di urutan ke 6. Sementara dari negara-negara di Asia Tenggara Indonesia berada 3 peringkat di atas Kamboja, Myanmar dan Laos,” tambahnya.

dr. Cristine juga membeberkan di Sangatta sangat sering ia temui pernikahan dini, yang juga menjadi penyumbang stunting di kabupaten tersebut.

“Saya banyak menemui pasien dengan usia mudah sudah memiliki anak, ada yang usia 18 tahun sudah punya 3 orang anak, hal ini juga menjadi faktor stunting, karena alasan menikah dini yaitu mencari jalan keluar agar ekonomi tercukupi, jadi mereka menikah cepat,” pungkasnya. (zn/yl/dr/adv)

 

 

 

 

Baca Juga

Back to top button