Diskominfo KukarKutai Kartanegara

Disdikbud Kukar Gencar Lestarikan Budaya Daerah Lewat Berbagai Kegiatan

Korsa.id, Tenggarong – Upaya pelestarian budaya terus digencarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) melalui berbagai langkah strategis yang dilakukan secara bertahap dan terstruktur.

“Salah satu langkah awal yang dilakukan adalah sosialisasi budaya melalui penyelenggaraan berbagai event, seperti ajang pemilihan Duta Budaya,” ujar Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, Sabtu (17/5/2025).

Melalui kegiatan ini, Disdikbud Kukar berupaya mengangkat kembali budaya-budaya lokal yang hampir punah dan mulai dilupakan oleh generasi muda.

Salah satu contohnya adalah Tari Jepen Romba, yang kini hanya memiliki sedikit penutur. Pelestarian ini menjadi prioritas untuk dihidupkan kembali sebagai bagian dari kekayaan budaya daerah.

Disampaikan Puji, selain itu, perhatian juga difokuskan pada pelestarian budaya dari daerah Bensamar, yang dikategorikan sebagai “Kampung Lawas.” Sejak tahun lalu, Disdikbud Kukar telah mengemas dan mengangkat kembali kekayaan budaya dari wilayah tersebut, seperti kesenian Mamanda yang khas, serta kesenian tradisional lain seperti tingkilan dan tapsul yang memiliki nilai seni tinggi dan keunikan tersendiri.

Langkah-langkah pelestarian diawali dengan inventarisasi budaya dari setiap kampung, disertai upaya penggalian lebih dalam terhadap sejarah dan eksistensi budaya tersebut.

“Namun, proses ini kerap menghadapi kendala, terutama terkait keterbatasan anggaran,” ucapnya.

Dilanjutnya, untuk melibatkan generasi muda dalam pelestarian budaya, Disdikbud Kukar mendorong partisipasi mereka dalam event-event seni tradisional. Salah satunya adalah acara di Titik Nol Tenggarong dan di Simpang Odah Etam (SOE) yang menampilkan berbagai pertunjukan kesenian tradisional.

“Para peserta diharapkan mengenakan pakaian adat, seperti pesapu atau baju pecinan, guna menambah semarak sekaligus memperkenalkan busana tradisional kepada masyarakat luas,” tambahnya.

Di sisi lain, sejumlah paguyuban seni di Kukar juga aktif berkontribusi dalam pelestarian budaya. Paguyuban-paguyuban ini tercatat resmi dengan nomor induk kesenian di Disdikbud Kukar.

“Beberapa yang masih aktif antara lain sanggar tari khas Kutai, kesenian Reog, Jaranan, dan beragam kesenian lain baik yang berasal dari Kutai maupun luar daerah,” sebutnya.

Meski demikian, tidak semua paguyuban mampu bertahan. Beberapa di antaranya tidak lagi aktif karena ketiadaan anggota. Namun, ada pula yang berhasil diregenerasi dan diteruskan oleh generasi muda.

“Salah satu kesenian yang mulai jarang terlihat adalah Memanda, padahal kesenian asli kutai, tetapi tidak hanya dari kutai, dari banjar dan riau pun ada, cuma namanya saja berbeda,” ucapnya.

Lanjut ditegaskannya bahwa meskipun beberapa daerah lain seperti Banjar atau Riau memiliki kesenian serupa, masing-masing daerah memiliki kekhasan tersendiri.

“Untuk memahami perbedaan ini, diperlukan kajian mendalam dari sudut pandang antropologi dan sosiologi,” tambahnya.

Sebagai contoh, Tari Jepen Romba yang dimiliki Desa Kedang Ipil, namun versi yang berkembang di Kukar memiliki karakteristik yang berbeda.

Oleh karena itu, diperlukan peran Badan Pelestari Kesenian (BPK) yang memiliki tenaga ahli untuk melakukan identifikasi, pelestarian, dan pengembangan budaya secara tepat.

“Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar berharap pelestarian budaya dapat terus berjalan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Kutai Kartanegara,” pungkasnya.(adv)

Baca Juga

Back to top button