KesehatanMitra

Mengenal Psoriasis Lebih Dekat

Penyakit Kulit yang Bersifat Kronis Residif, Ditandai Bercak Kemerahan Berbatas Tegas

Korsa.id – Psoriasis bukanlah suatu penyakit yang baru, namun masih banyak yang belum mengenalnya bahkan dikenalnya penyakit yang menakutkan bagi banyak orang. Adanya kelainan kulit berupa bercak kemerahan sering diasumsikan sebagai penyakit menular yang harus dihindari bahkan ada yang menjauhinya.

Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit ini sehingga timbul berbagai asumsi yang simpang siur. Selain itu beberapa penyakit kulit yang menyerupai bentuk dari psoriasis kadang membingungkan bagi sebagian besar orang.

Apa itu psoriasis?

Psoriasis adalah penyakit kulit yang bersifat kronis residif, ditandai bercak kemerahan berbatas tegas berbentuk plak tebal biasanya berwarna putih mengkilap seperti lilin dan jika diangakat akan tampak bleeding point akibat trauma kapiler dilatasi. Umumnya mengenai area trauma seperti siku, lutut, punggung, kuku jari dan kulit kepala.

Pada lesi kulit yang aktif kadang secara general di seluruh tubuh timbul gatal dan nyeri. Psoriasis vulgaris dapat meluas dikenal sebagai eritoderma psoriasis ditandai dengan

kemerahan dan sisik pada hampir seluruh tubuh. Penyebab pasti hingga saat ini belum diketahui, meskipun faktor genetik serta autoimun diduga sebagai faktor predisposisi terjadinya psoriasis. Psoriasis juga dapat dipicu oleh faktor eksternal dan internal, trauma fisik, infeksi, stress serta obat-obatan sistemik.

Insiden psoriasis diberbagai populasi sangat bervariasi dan tersebar di seluruh dunia. Onset usia dapat terjadi pada semua tahapan usia dan puncaknya pada usia 15 tahun sampai 40 tahun. Angka kejadian pada laki-laki sama dengan perempuan, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa psoriasis lebih sering terjadi pada laki-laki.

Angka kejadian psoriasis yang lebih tinggi pada laki-laki ini disebabkan oleh stress psikologis terkait pekerjaan, kebiasaaan gaya hidup (merokok, konsumsi alkohol, obesitas), kepekaan terhadap faktor pencetus karena aktifitas fisik, dan kadar estrogen yang rendah pada pria. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa hormon estrogen dapat menghambat terjadinya respons inflamasi dan imunologi.

Apa yang terjadi pada kulit yang terkena psoriasis?

pada lapisan kulit kita khususnya bagian epidermis (bagian terluar kulit) terjadi gangguan pada sel keratinositnya dan juga terjadi peradangan pada lapisan tersebut dan mencakup lapisan dermis kulit, fungsi biokimia, imunologi dan vaskuler dan hidrasi kulit juga ikut terganggu.

Psoriasis juga memiliki beberapa variasi klinis yaitu psoriasis tipe plakat, psoriasis gutata, psoriasis pustulosa, eritroderma psoriatic, palmoplantar pustular psoriasis dan psoriasis inversa. Psoriasis tipe plakat yang paling sering dijumpai sekitar 90% pasien disebut juga sebagai psoriasis vulgaris.

Diagnosis psoriasis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis. Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan kesi primer dan area umum lainnya yang terkena psoriasis termasuk kulit kepala, kuku dan sendi (psoriasis ekstrakutan).

Selain itu riwayat keluarga harus ditanyakan karena bersifat genetic. Diagnosis juga dapat didukung dengan adanyan fenomena tetesan lilin (perubahan warna putih seperti lilin ketika menggores skuama) auspitz sign (adanya bintik perdarahan setelah mengerok skuama), dan kobner (munculnya lesi psoriasis akibat trauma/garukan).

Bagaimana Pengobatan Psoriasis?

Untuk pengobatan psoriasis itu sendiri umumnya terdiri dari terapi topikal atau sistemik, bergantung pada derajat keparahan penyakit, efikasi pengobatan, efek samping, pilihan dari pasien dan respons individual.

Untuk pilihan terapi utama pada psoriasis derajat ringan-sedang terdiri dari topikal steroid, topical analog vitamin D atau kombinasi, keratolitik, preparate TER dan penggunaan pelembab untuk memperbaiki dan mempertahankan sawar kulit.

Sedangkan pada derajat sedang-berat bisa menggunakan fototerapi, agen sistemik maupun agen biologik. Terapi adjuvant dengan vitamin D juga diperlukan.

Psoriasis tidak bisa dianggap sepele oleh karena komplikasi yang ditimbulkan dimana terdapat peningkatan morbiditas dan mortalitas oleh karena insiden kardiovaskuler. Selain itu terjadi gangguan psikologis dan gangguan kualitas hidup akibat lesi persisten dan sering kambuh.

dr. Wiwiek Amriyana Saputri, sp.DVE
Dokter Spesialis Kulit Dermatologi dan Venereologi RSUD Kudungga

Baca Juga

Back to top button