DesaDiskominfo KukarKutai Kartanegara

Perayaan Nyepi Kental Dirasakan di Desa Kertabuana Kukar, Dihuni Ratusan Keluarga Transmigrasi

Korsa.id, Tenggarong- Suasana perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1945 turut dirasakan di Desa Kerta Buana, L4, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Desa Kerta Buana memang dikenal sebagai Kampung Bali di Kutai Kartanegara dengan mayoritas penduduknya menganut agama Hindu.

“Jumlah warga Desa Kerta Buana ada 5.625 jiwa. Sedangkan, 1.969 jiwa atau 35 persen merupakan umat hindu,” kata Kepala Desa Kerta Buana I Dewa Ketut Adi Basuki, Rabu (22/3/2023).

Terdapat empat pantangan yang diperhatikan saat Hari Raya Nyepi. Keempat pantangan itu disebut dengan Catur Brata Penyepian.

Antara lain, Amati Geni berarti larangan untuk menyalakan api sepanjang hari, tidak memasak, tidak menyalakan lampu, yang juga berarti berpuasa dan tidak menikmati makanan atau minuman.

Amati Karya berarti larangan untuk bekerja fisik karena fokus untuk melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.

Amati Lelanguan berarti larangan untuk mencari hiburan karena pikiran harus dipusatkan untuk mengingat dan memikirkan Ida Sang Hyang Widhi dan melakukan introspeksi diri.

Amati Lalungan berarti larangan untuk bepergian karena tidak diperbolehkan untuk pergi dari area tapa brata dilaksanakan dan Gembak Geni sehari setelah Nyepi.

Sebagaimana diketahui, warga transmigrasi dari Bali pertama kali menempati kawasan Desa Kerta Buana, pada 1980. Tepatnya 11 Oktober 1980.

Saat itu, 400 kepala keluarga asal Provinsi Bali bermigrasi dan bermukim di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Lokasinya dahulu diberi nama L4.

Baca Juga : Kaltim Kembali Meraih WTP Tahun 2021

Namun, kini, permukiman tersebut secara formal dinamai Desa Kerta Buana. Sudah berkembang dan dihuni hingga 1.969 jiwa.

Meski sudah banyak terjadi persilangan perkawinan antarsuku di daerah ini, namun tak bisa menggerus ciri khas Desa Kerta Buana. Sejumlah ritual serta acara adat suku Bali rutin dilakukan.

Seperti kesenian Joget Bumbung, Ngaben, dan kesenian Jegog. Pura yang menjadi tempat ibadah warga Hindu-Bali terlihat di setiap rumah.

Meski demikian, tingkat toleransi antarsuku Bali dengan suku-suku lainnya di Desa Kerta Buana juga terbilang sangat tinggi. Masyarakat Non – Hindu bahkan menjaga kampung saat Nyepi.

“Dukungan dari masyarakat Non Hindu di sini luar biasa, toleransi kita sudah terbentuk sejak lama. Kita biasa saling menjaga,” kata I Dewa Ketut Adi Basuki.

Secara gerografis, Desa Kerta Buana berada di tengah-tengah Kecamatan Tenggarong Seberang atau kira-kira berjarak 12 kilometer dari ibu kota kecamatan.

Sebelah barat desa ini berbatasan dengan Kecamatan Tenggarong. Sementara di selatan, berbatasan dengan Kota Samarinda. Sedangkan untuk di timur dan utara, berbatasan dengan Kecamatan Marangkayu serta Sebulu.

Dalam tiap perayaan acara adat bagi warga Hindu-Bali di Desa Kerta Buana memang kerap menjadi daya tarik tersendiri.

Bahkan tak jarang, sejumlah tamu dari pejabat asal Provinsi Bali juga hadir. Itulah juga yang membuatnya yakin bahwa khas suku Bali di kampungnya belum tergerus zaman.

“Meski hanya setingkat desa, banyak acara di desa ini yang dianggap menarik bagi warga luar. Seperti acara mengarak Ogoh-Ogoh,” pungkasnya. (*/As-Adv)

Baca Juga

Back to top button